Budi daya ikan nila merupakan salah satu jenis budi daya perikanan yang paling menguntungkan hinga saat ini. Harga jual ikan nila tergolong stabil, sehingga banyak pengusaha beraling ke usaha budi daya ikan nila.
Budi daya ikan nila merupakan salah satu jenis budi daya perikanan yang paling menguntungkan hinga saat ini. Harga jual ikan nila tergolong stabil, sehingga banyak pengusaha beraling ke usaha budi daya ikan nila. Sayangnya, dibalik harga ikan nila yang tergolong stabil, usaha budi daya ini kerap berbenturan dengan harga pakan pelet yang tergolong tinggi sehingga keuntungan yang diperoleh tidak sebanding, bahkan dapat menyebabkan kerugian yang berakhir pada gulung tikar usaha budi daya ikan nilla. Saat ini, harga pelet di pasaran cukup tinggi, sekitar Rp 7.000 - Rp 11.000/kg. Tingginya harga pelet ini tidak sebanding dengan harga jual ikan nila yang harganya berkisar Rp 14.000 - 17.000/kg. Hal ini dapat mengakibatkan rendahnya keuntungan yang di peroleh karena biaya pemeliharaan tidak sebanding dengan harga jual ikan nila.
Tingginya harga pelet di pasaran ini disebabkan oleh mahalnya bbaku pelet. saat ini, sebagian besar bahan utama pembuatan pelet berupa tepung ikan masih diimpor dari CIna dengan harga mencapai Rp.20.000-Rp 30.000/kg. Tingginya harga bahan baku pelet ini mengakibatkan pembudidaya ikan mencari jenis tepung lain untuk bahan baku pelet, salah satunya tepung cacing. Namun, bahan baku alternatif ini ternyata masih belum efektif karena tepung cacing masih terlalu mahal. Sehinga harga pakan yang tinggi, penggunaan pelet sintetik juga berdampak negatif jika diberikan kepada ikan tanpa takaran yang jelas. Idealya, pakan yang diberikan kepada ikan berjumlah 2- 4% dari total bobot ikan.
Namun, para pembudidaya ikan biasanya kerap memberikan pakan melewati jumlah ideal. pemberian pakan yang berlebihan ini mengakibatkan pemborosan, air kolam cepat keruh dan beresiko timbulnya penyakit pada ikan seperti munculnya jamur pada tubuh ikan yang mempengaruhi kwalitas ikan, hingga dapat menyebabkan kematian. Akibat buruk lainya adalah sisa endapan pakan pelet jika tidak habis dimakan oleh ikan. Endapan sisa pelet menyebabkan akumulasi kandungan amonia yang tinggi di dalam kolam ikan sehinga mengakibatkan penurunan kandungan oksigen di dalam kolam. Penurunan jumlah oksigen dan tinnginya jumlah amonia ini megakibatkan ikan yang hidup didalam kolam dapat mengalami keracunan amoniak dan akan berujung kematian.
Beberapa masalah di atas akhirnya mendorong para peneliti dan praktisi perikanan mencari alternatif jenis pakan lain yang kaya vitamin dan mineral bagi ikan, lebih murah, ramah lingkungan, dan nyaris tidak memberikan efek negatif bagi masyarakat. Beberapa praktisi perikanan telah mencoba berbagai inovasi dengan membuat pelet ikan sendiri menggunakan bahan baku yang lebih terjangkau dan ramah lingkungan. Beberapa pembudidaya ikan umunnya hanya mensubtitusi jenis bahan baku pelet, seperti mengganti tepung ikan menjadi tepung cacing, bekicot, atau tepung dari tumbuhan lain, Sementara itu untuk bahan baku lainnya masih sama. Proses pencetakanpun di lakukan sendiri tanpa di tambahi pengawet pada pelet yang dibuat.Namun,ternyata cara ini belum signifikan untuk menekan biaya pakan. Penghematan biaya pekan ini hanya mengurangi biaya produksi sekitar 5- 10% dari keseluruhan total biaya yang di perlukan. Ada juga pembudidaya lain yang menganti pakan ikan nila dengan genggunakan daun singkong. Daun singkong dipotong-potong atau dibaca, lalu diberikan pada ikan. Selain itu, ada juga yang mengganti pelet dengan ampas kelapa, sayuran sisa, atau sisa roti yang kadaluarsa. Namun, sekali lagi usaha -usaha tersebut belum menjadi jawaban yang pasti dan inovatif dalam budi daya ikan nila.
Sumber : https://www.ikannila.com/2016/09/masalah-utama-budi-daya-ikan-nila.html