Paguyuban petani akan memberikan informasi terkait dengan Ikan nila jatimbulan yang merupakan nila varietas baru hasil dari selective breeding (seleksi individu) yang memiliki pertumbuhan yang baik. Metode seleksi ini didasarkan pada Srandar Prosedur Operasional (SPO) No.1 yang dikeluarkan oleh Pusat Pengembangan Induk Ikan Nila (PPIIN). Berdasarkan kegiatan tersebut telah di tetapkan ikan nila hitam hasil seleksi individu layak untuk dijadikan induk penjenis dan dilepas kepada instansi/pembudidaya yang memerlukan. Ikan tersebut dikenal dengan nama ikan nila jatimbulan.
Gambar : Paguyuban Petani
Berdasarkan hasil dari berbagai uji, ikan nila jatimbulan dari generasi ke generasi menunjukkan peningkatan yang berarti dan memiliki keunggulan, seperti ; memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dengan hatching rate tinggi 90% & sintasan tinggi 85%, memiliki daya adaptasi yang kuat terhadap perubahan salinitas & dapat dibudidayakan pada lokasi yang berbeda kondisi lingkungannya, serta tahan terhadap serangan penyakit.
Untuk melakukan pengembangan induk ikan nila jatimbulan, dapat dilakukan dengan cara melakukan pematangan gonad, menyeleksi induk betina matang gonad, kemundian melakukan pemijahan, memanen larva, melakukan pendederan dan yang terakhir adalah pembesaran.
Gambar : Paguyuban Petani
Paguyuban petani akan memberikan penjelasan singkat yang berkaitan dengan pengembangbiakan induk ikan nila jatimbulan.
- Melakukan pematangan gonad dapat dilakukan dengan cara menebarkan induk jantan dan betina masing-masing pada wadah yang berbeda dengan kepadatan 1-3 ekor per m2. Melakukan pemberian pakan induk berdasarkan bobot biomasa ikan per hari. Waktu pematangan gonad ini selama 15-30 hari sedangkan untuk frekuensi pemberian pakan 3 kali per hari.
- Melakukan seleksi indukan betina matang gonad, dengan cara memilih satu persatu yang matang gonad dengan cara mengamati keadaan perut, ikan nila betina yang berisi telur ditandai dengan berntuk perut yang membesar dibagian ventral. Genital papila ikan nila betina yang matang gonad bewarna merah, posisinya tegak terhadap bagian ventral.
- Melakukan pemijahan, dengan jara menebar indukan betina kedalam wadah pemijahan, kemudian memasangkan induk jantan 5-7 hari setelah penebaran induk betina dalam wadah pemijahan dengan perbandingan minimal 100 jantan untuk 300 betina dengan kepadaan 1 ekor/m2. Pembudidaya diminta untuk melakukan pengamatan terhadap kemunculan larva yang berenang di permukaan air kolam sejak hari ke 10 setelah pencampuran induk jantan dan betina. Induk ikan nila yang memijah minimal 100 ekor betina dan 100 ekor jantan.
- Langkah memanen larva dilakukan pada hari ke 12 atau 14 setelah pencampuran induk jantan dan betina di kolam pemijahan. Proses pemanenan dapat dilakukan dengan cara menyerok gerombolan larva kemudian memasukkannya kedalam suatu wadah yang nantinya dimasukkan lagi ke kolam pendederan. Kemudian pembudidaya dapat mensortir ukuran larva yang kecil dan menghitung hasil panen larva tersebut dengan alat grading/seritan.
- Pendederan dilakukan dengan menebarkan larva sebannyak 75 ekor/m2 kedalam kolam pendederan yang sudah dilakukan pengapuran & pemupukan. Pemberian pakan dengan dosis 30% bobot bimass/hari pada bulan pertama dan diturunkan berdasarkan ukuran masing-masing biomass sebanyak 5-10%. Selama proses pendederan ini, debit ikan nola terus dinaikkan sampai maksimal 0,5 liter per detik seiring dengan bertambahnya ukuran ikan nila.
- Langkah yang terakhir adalah melakukan pembesaran, dapat dilakukan di kolam ataupun di keramba jaring apung. Pada kolam yang akan digunakan untuk membudidayakan ikan nila, harus dilakukan pengapuran dan pemupukan. Kemudian mengaisi kolam hingga ketinggian 70-100 cm. Jumlah benih yang di tebar sebanyak 3-5 ekor per m2. Sedangkan untuk pembesaran ikan nila di keramba jaring apung, yang harus dilakukan adalah memastikan bahwa kondisi jaring dengan pemberatnya dalam kondisi yang baik. Bibit yang ditebar sebanyak 15 ekor per m2. Pemberian pakan dilakukan sebanyak 3 kali sehari, dengan dosis ±3-5% dari bobot biomassa per hari.