Pembangunan akukultur berkelanjutan saat ini menjadi isu global. Salah satunya adalah pemanfaatan limbah budidaya yang masih mengandung nutrien dalam jumlah tinggi. Konflik disekitar lokasi budidaya udang sering terjadi karena limbah budidaya yang dapat menyebabkan bau tidak sedap serta pencemaran perairan umum sebagai lokasi pembuangan akhir limbah budidaya.
Pembangunan akukultur berkelanjutan saat ini menjadi isu global. Salah satunya adalah pemanfaatan limbah budidaya yang masih mengandung nutrien dalam jumlah tinggi. Konflik disekitar lokasi budidaya udang sering terjadi karena limbah budidaya yang dapat menyebabkan bau tidak sedap serta pencemaran perairan umum sebagai lokasi pembuangan akhir limbah budidaya. Pengembangan teknologi pemanfaatan limbah akuakultur dapat menjadi modal penguatan potensi perikanan Indonesia, di antaranya pengembangan untuk teknologi akuaponik produksi pupuk pertanian dan sebagai pakan untuk produksi ephipia Moina macrocopa (krustacea; kladosera) sebagai pakan larva ikan dan udang. Kebutuhan pakan alami untuk ikan dan udang saat ini dipenuhi dari import kista Artemia. Kebutuhan kista artemia di Indonesia pada tahun 2018 mencapai ±160 ton, disisi lain Indonesia memiliki banyak spesies zooplankton yang dapat dikembangkan sebagai pakan alami untuk larva ikan dan udang, di antaranya yaitu Moina macrocopa.
Moina macrocopa sebagai pakan alami memiliki keunggulan di antaranya ukuran tubuh (±400 um) dan nilai gizi yang sebanding dengan Artemia (Loh et al. 2013), Moina dapat berkembang biak dan tumbuh dengan cepat, serta dapat dibudidayakan dengan menggunakan pakan limbah pertanian, peternakan dan industri pangan (Patil et al. 2010; Dodson et al. 2010). Limbah budidaya/feses ikan telah digunakan untuk budidaya Moina macrocopa dan menghasilkan kepadatan populasi yang tingg (Loh et al. 2009;:2013). Pemanfaatan Moina macrocopa sebagai pakan alami larva ikan dan udang belum maksimal karena budidaya Moina dilakukan seperti budidaya ikan. Oleh karena itu perlu dicari terobosan baru agar Moina tidak lagi dibudidayakan, tetapi menggunakan ephipia yang ditetaskan seperti praktisnya penggunaan Artemia sebagai pakan alami. Melalui penelitian yang didanai oleh riset unggulan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga, kami /tim peneliti mencoba mengkaji pemanfaatan limbah budidaya ikan nila untuk produksi ephipia Moina macrocopa.
Hasil penelitian kami menujukan bahwa feses ikan nila mengandung protein sebesar 16,27%, lemak 1.84%, dan karbohidrat 18,27%. Perkawinan Moina macrocopa mengunakan pakan feses ikan nila dapat menghasilkan produksis ephipia sebesar 69-75% dari total betina yang dikawinkan. Ephipia yang dihasilkan berisi dua telu yang tinggi 89,58± 4,7%, tetapi dengan derajat penetasan yang rendah sebesar 20,33±2.36%. Pengunaan feses ikan nila sebagai pakan dalam budidaya moina masih memerlukan modifikasi atau pengkayaan nilai nutrisi khususnya penambahan lemak untuk meningkatkan kualitas dan kauntitas ephipia yang dihasilkan.
Sumber : http://news.unair.ac.id/2020/03/11/feses-ikan-nila-berpotensi-produksi-ephipia-moina-macrocopa/